-->

Bagaimana cara menguasai skill baru dengan cepat?

Oke, saatnya mengambil selembar kertas dan sebuah pensil. Kali ini saya ingin menggambar seorang wanita cantik, Gal Gadot.


Baik, proses dimulai! 10 menit,  1 jam, 2 jam. Tinggal sedikit lagi saya menyelesaikannya.


Bagaimana menurutmu? Saya tahu itu bagus dan mirip, tetapi jangan repot-repot memuji saya, karena saya bisa malu. Eh, itu sebenarnya bukanlah hasil gambaran saya. Yakali saya menggambar sebagus itu. Mau tahu hasil asli saya? Ini dia.


Gimana? 11, 12.000 lah ya? Beberapa diantara kita akan selalu memiliki keinginan untuk mencapai suatu keahlian baru. Entah itu bermain alat musik, menari, menyanyi, menggambar, dll.

Dalam contoh di atas tadi, keahlian yang saya ingin capai adalah menggambar. Tetapi, jika dilihat dari hasilnya, kamu mungkin akan memiliki pertanyaan seperti “Nih orang belajar nggak sih?”, “Nih orang bisa nggambar nggak sih?” Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas terlebih dulu hal yang sering kita lupa, bahwa sebenarnya belajar (learning) dengan perolehan keterampilan atau keahlian (skill acquisition) adalah dua hal yang berbeda.

Dalam buku yang berjudul The First 20 Hours: How to Learn Anything ... Fast, Josh Kaufman mengutip pernyataan dari Dr. Krashen, profesor Universitas Southern California dan pakar dalam bidang penguasaan bahasa kedua tentang perbedaan tersebut.

Learning helps you plan, edit, and correct yourself as you practice. That's why learning is valueable. If you want to acquire a new skill, you must practice it in context. Learning enhances practice, but it doesn't replace it. If performance matters, learning alone is never enough.

Artinya, Belajar membantu Anda merencanakan, mengedit, dan memperbaiki diri saat berlatih. Itu sebabnya belajar adalah sesuatu yang berharga.


Jika Anda ingin memperoleh keterampilan baru, Anda harus mempraktikkannya dalam konteks. 'Belajar' meningkatkan latihan, tetapi itu tidak menggantikannya. Jika kinerja penting, belajar sendiri tidak pernah cukup.

Sederhananya, belajar (learning) adalah proses memperoleh informasi, sedangkan perolehan keterampilan (skill acquisition) adalah penerapan informasi dalam bentuk latihan. Jadi, apa jawaban untuk dua pertanyaan di awal tadi? Iya, saya tidak pernah belajar (learning) menggambar dan tidak pernah berusaha memperoleh keterampilan (skill acquisition) tersebut. Tapi mirip, bukan?

Dalam mencapai keahlian-keahlian yang bersifat mental maupun fisik, kita akan melalui proses yang disebut dengan The "three-stage model" of skill acquisition.

Tahapan yang harus kita lalui di antaranya:

1. Cognitive (Early) Stage, adalah tahap di mana kita hanya berusaha memahami pengetahuan tentang keahlian yang akan kita capai tanpa mencoba menerapkannya. Di fase ini kita akan lebih sering untuk mencari informasi, membaca dan berpikir tentang proses yang akan dilakukan.

2. Associative (Intermediate) Stage, adalah tahap di mana kita mulai berlatih dan menyesuaikan pendekatan kita berdasarkan feedback.

3. Autonomous (Late) Stage, adalah tahap di mana kita mulai melakukan keterampilan tersebut dengan efisien dan efektif tanpa berpikir dengan berat atau memperhatikan masalah yang sering kita temui terlalu dalam.

Proses-proses di atas akan terjadi setiap waktu ketika kita belajar hal baru. Kemudian, ada 2 tingkatan ketika kita ingin menguasai suatu keterampilan. yaitu Tingkatan ahli dan  Tingkatan baik/layak.

Jika kita ingin mencapai Tingkatan ahli, kita membutuhkan rata-rata 10.000 jam latihan. Hal ini sesuai dengan hasil penilitian yang dipublikasikan pada tahun 1993 oleh Anders Ericsson, seorang profesor di University of Colorado, dengan judul “The Role of Deliberate Practice in the Acquisition of Expert Performance.” Tetapi, jika kita hanya ingin mencapai tingkatan baik atau layak, kita bisa memperolehnya dengan lebih cepat, jika dipadukan dengan strategi yang tepat.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana caranya? Josh Kaufman memberikan kita cara untuk menguasai keahlian dengan lebih cepat dan tepat. Dia menyebutnya sebagai Rapid skill acquisition. Untuk menerapkannya, Rapid skill acquisition memiliki 4 tahap yang harus kita lalui :

1. Deconstructing, adalah cara untuk membagi sebuah keahlian ke dalam subskill sekecil mungkin. Jika kamu bingung untuk memecah satu keahlian ke dalam subskill, kamu bisa tentukan terlebih dulu tujuan spesifik tentang apa yang ingin kamu capai.

Semisal, jika kamu ingin menyanyi, tentukan aliran musik apa yang ingin kamu kuasai terlebih dulu, siapa penyanyi yang jadi panutanmu. Dengan cara ini, kamu telah memperkecil pandanganmu dan mempermudah kamu untuk berlatih. Setelah itu riset semua hal yang kamu butuhkan. Kamu bisa mencari informasi di internet atau juga mewawancarai orang yang pernah belajar keahlian itu.

2. Learning, adalah cara untuk mempelajari setiap subskill secara cukup untuk mempermudah kita dalam berlatih. Mempermudah di sini adalah membuat kita melakukan keterampilan tersebut dengan benar dan memiliki kemampuan untuk mengoreksi diri sendiri ketika melakukan kesalahan.

3. Removing, adalah cara untuk menghilangkan gangguan yang hadir secara fisik dan emosional, agar mempermudah kita dalam proses belajar.

4. Practicing, adalah berlatih setiap subskill setidaknya selama 20 jam (saran Josh Kaufman yang di dasari dari eksperimennya sendiri.)


Mari kita langsung terapkan! Katakanlah saya ingin belajar bermain gitar dengan menerapkan Rapid skill acquisition, maka…

Deconstructing, saya membagi satu keahlian (bermain gitar) ke dalam beberapa subskill.

  • Cara memegang gitar yang baik dan benar.
  • Cara menyetem gitar dengan benar (tuning.)
  • Belajar kunci dasar.
  • Teknik strumming (menggenjreng gitar) dasar.
  • Kunci gantung.
  • Memainkan satu lagu sederhana.
  • Belajar teknik petikan.
  • Membaca tab gitar.
  • dll.

Learning, sekarang saatnya saya mempelajari teori setiap subskill di atas.

Removing, sebelum mengubah informasi ke dalam sebuah latihan, saya harus menghilangkan gangguan yang bisa memperlambat proses belajar saya.

  • Gangguan fisik, menghindari kelalaian dalam pemilihan peralatan yang salah. Menjauhkan alat elektronik seperti TV dan telepon pintar.
  • Gangguan emosional, rasa takut, keraguan, dan malu dalam belajar hal baru.

Practicing, setelah semua hal di atas terselesaikan, saatnya saya memulai latihan.

Sebelum memulai latihan, ada beberapa hal yang harus kita pahami terlebih dulu. Hanya satu subskill. Jangan pernah melakukan dua subskill sekaligus. Kita hanya diperbolehkan berpindah tugas ketika kita benar-benar sudah menguasai subskill tersebut.

Berlatih dalam waktu khusus. Untuk hasil yang lebih maksimal, kita harus membuat waktu khusus di mana waktu itu hanya didedikasikan untuk berlatih dengan fokus, tanpa multitasking dan tanpa adanya gangguan. Buatlah feedback loops. Pahami secara seksama subskill yang sedang kita lakukan. Jika menemukan kesalahan segera catat dan perbaiki hal itu.


Lalu, apa hal yang membuat cara diatas bekerja?

1. Neuroplastisitas

Adalah konsep neurosains yang merujuk kepada kemampuan otak untuk berubah secara struktural dan fungsional akibat dari input lingkungan, aksi dan konsekuensi dari aksi tersebut. Jadi, semakin kita belajar keahlian baru, baik secara fisik atau mental, otak kita akan semakin berkembang dan semakin mudah dalam memahami hal tersebut.

2. Power law of practice

Hukum ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang kita gunakan untuk berlatih, akan semakin baik juga kemampuan kita.


Hasil dari penerapan Rapid skill acquisition tidak bisa kita capai secepat melihat status mantan di Instagram. Kita akan tetap membutuhkan waktu untuk mencapai tingkatan keahlian yang kita inginkan. Meskipun begitu, Rapid skill acquisition adalah salah satu cara terbaik dalam mencapai sebuah keahlian karena memberikan kita sebuah strategi, sikap, dan perilaku yang tepat serta lebih cepat.

Jadi, keahlian apa yang ingin kamu kuasai setelah ini?


LihatTutupKomentar