![]() |
ORANG TUA HEBAT
Judul Buku :
Menembus Batas
Penulis :
Budi Setiadi dan Tim Ziyad Visi Media
Penerbit :
Ziyad Visi Media
Tebal :
180 Halaman
Harga :
Rp. 36.000,00
Resensator :
Ndaru Pratiwi
Budi
Setiadi lahir pada 29 November 1957 di Nusukan, Surakarta. Merupakan seorang bapak
sebagai kepala keluarga mempunyai tugas yang berat, karena harus memimpin
keluarga serta mencari nafkah dan mendidik anak-anaknya. Begitulah yang di
alamai oleh bapak dengan 6 (enam) anak ini. Yang masa mudanya begitu
mengharukan karena lebih memilih meninggalkan keluarganya(orang tua pak Budi)
untuk dapat mengamalkan agama islam.
Perjalanannya tidak hanya sampai disitu saja
pak Budi harus berpindah-pindah kontrakan karena pemilikinya yang berbohong
mengenai pembayaran kontrakan yang sudah di bayar namun pak Budi di suruh
membayar kembali. Hingga bertemu dengan rumah yang berukuran 2,5 x 9 m di
Losari RT 06 RW 05 Semanggi. Sampai sekarang mereka tinggal di rumah tersebut
yang menjadi saksi perjalanan hidup pak Budi yang dimulai dengan anak
pertamanya bernama Sholihah yang memiliki karakter manja di antara
adik-adiknya. Perjalanan pendidikan Sholihah tidak mudah. Ujian demi ujian
mulai berdatangan mulai dari keuangan untuk membayaran pendidikannya hingga
cemoohan tiada henti yang Sholihah terima karena miskin. Namun karena pak Budi
percaya Allah SWT. tidak akan menguji hambanya di atas kemampuannya. Akhirnya pak
Budi memotivasi Sholihah agar semangat belajar dan membuktikannya dengan
prestasi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Islam dan akhirnya di
terima di fakultas Kedoktorean UGM memalui Program Penelusuran Bibit Unggul
Berprestasi (PBUB), baru mereka percaya bahwa orang miskin bisa menempuh
pendidikan yang tinggi. Namun karena merasa kurang suka dengan bidang
kedokteran. Sholihah memilih untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk PTN yang
akhirnya lolos di fakultas Teknik UGM dan akan melanjutkan S2 nya di jerman. Proses
yang di alami pak budi untuk mendidik dan membimbing anak sangat mengagumkan, bahkan
pak Budi rela mengeluarkan banyak uang untuk datang ke psikolog untuk
mengetahui bakat dan minat anaknya. Dan itu di lakukannya tidak hanya pada Sholihah
teteapi kesemua anaknya.
Entah keajaiban apa yang selalu
menolong keluarga pak Budi ini karena disetiap kesulitan yang di alaminya
selalu ada kejutan yang Allah SWT. berikan kepada pak Budi, entah melalui
perantara orang lain atau mendapatkan uang yang tak tau siapa yang memberi
kecuali Allah SWT. bahkan ketika di uji dengan istri nya yang menderita penyakit
sinusitis dan mengeluarkan banyak uang untuk pengobatan. Karena selalu ada
jalan yang Allah berikan ke pak Budi yang hanya berpenghasilan Rp. 450.000 per
bulan sebagai perkerja di pasar Klewer dalam HPPK(Himpunan Pedagang Pasar
Klewer).
Selanjutnya anak ke 2 pak Budi si
tomboy yang supel dan cerdas bernama Walidah. Karena sudah perpengalaman
mendidik anak yang pertama, pak Budi memberi nasihat ke istrinya untuk berusaha
mandiri dan tidak manja seperti kehamilan yang pertama. Dan terbuktilah dengan
lahirnya Walidah yang mandiri, pemberani, dan supel dalam pergaulan. Tidak
hanya pada anak yang pertama saja pak Budi mengalami musibah dan kesulitan, tapi
sampai anak terakhirnya pak Budi masih di uji oleh Sang Maha Pencipta. Begitu
sabar dan kuatnya hati pak Budi untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan
lika-liku. Dan yang mengejutkan adalah Walidah mendapatkan beasiswa kuliah full
hingga lulus dari sebuah lembaga pemberi beasiswa untuk sekolah di fakultas
Kedokteran. Namun, sama dengan kakaknya, walidah melepaskan beasiswanya dan
lebih memilih kuliah di bidang teknik. Hingga akhinya di terima di fakultas
Teknik Mesin ITB. Melihat hal tersebut pak Budi tidak pernah mengekang anaknya
untuk melanjutkan pendidikannya sesuai yang dia inginkan karena pak Budi
percaya bahwa jika dipaksakan tetapi anak tidak mempunyai minat di bidang
kedokteran akan merusak masa depan anak.
Begitu pula dengan anak ketiga nya si pembaca
cepat yang pernah membaca buku 540 halaman dalam waktu 6 jam , inilah Hafidzur
Rosyad al Makhi yang diterima di kampus UGM fakultas Teknik Geodesi. Hafid ini
sudah di anggap seperti anak sendiri olah orang yang ia dan pak Budi temui di
masjid dekat kampus teknik UGM, yang melalui cerita panjang mereka berkenalan
dan akhirnya hafid di anggap seperti keluarga sendiri yang makan dan tempat
tinggal gratis dari orang tersebut. Subhanallah,
Allah memberikan kemudahan yang tidak di sangka oleh Hafid dan pak Budi.
Selanjutnya anak ke 4 pak Budi
bernama Mallina Mar’atash Shalihah yang saat mengandung Mallina ini Ibu Suwarsi
di vonis dengan penyakit sinusitis. Namun ketiga kakaknya dapat menerima
kehadiran Mallina dengan baik. Dengan kemampuan akademis Mallina di sekolah
yang cukup menggembirakan, karena bisa lolos seleksi penerimaan beasiswa dari
Yayasan Solo Peduli seperti kedua kakaknya. Kemudian Abdullah Yahya anak ke
lima pak Budi yang pemberani dan cerdas. Karena keberaniannya pak Budi sempat
di panggil kepala sekolah karena Yahya melempar batu ke kepala temannya. Namun
mendengar hal itu pak Budi tidak mendoktrin Yahya, dan akhirnya Yahya bercerita
kejadian sebenarnya bahwa Yahya tidak memulai pertengkaran itu melainkan
temannya menyulut perkelahian. Hingga akhirnya pak Budi menceritakan keadaan
yang sebenarnya meskipun kepala sekolah
tidak percaya, namun pak budi juga meminta pertanggung jawaban atas luka yang
diterima Yahya di bagian mata yang bisa menyebabkan kebutaan, hingga keputusan
pun di ambil oleh sekolah bahwa pihak sekolah dan orang tua yang menanggung
biaya pengobatan. Kemudian Yahya melanjutkan sekolahnya di SMART EKSELENSIA
INDONESIA yang merupakan sekolah akselerasi dengan standart akademis yang
tinggi. Hingga akhirnya mendapatkan beasiswa untuk kuliah dari Yayasan Solo
Peduli, Surakarta.
Dan yang terakhir adalah si murid pelayanan
khusus yaitu Aulia Khoirun Nisa. Tidak kalah pintarnya dengan kelima kakaknya
Nisa di minta agar masuk di kelas khusus. Kelas pelayanan khusus ini di bentuk untuk
mengumpulkan anak-anak yang tingkat kecerdasannya tinggi dan nilai akademis
yang memuaskan. Awalnya pak Budi menolak Nisa masuk ke kelas khusus karena
melihat adanya diskriminasi yang sangat mencolok namun karena kakak-kakak Nisa
menyarankan agar Nisa memasuki kelas khusus tersebut agar dapat meningkatkan jiwa kompetisi dan
meningkatkan semangat belajarnya. Akhirnya Nisa masuk di kelas pelayanan
khusus. Semua ini merupakan hasil dari didikan pak Budi dan ibu Suwarsi yang
begitu sabar serta telaten dalam mendidik dan membimbing anaknya. Karena pak
Budi juga berprinsip bahwa anak di umur 4 bulan sudah bisa mengingat kosakata
sehingga semua anaknya di ajari belajar kosakata sejak umur 4 bulan. Dan yang
sangat penting adalah pak Budi selalu menemani anak-anaknya belajar serta
memberikan semangat dan tidak pernah melihatkan kesusahannya kepada anaknya.
Karena pak Budi ingin anaknya hanya fokus dengan pendidikannya. Serta buku ini
sangat memberikan motivasi bagi pembacanya dan bahasanya yang mudah di pahami serta di tulis semenarik mungkin untuk menarik
pembaca dengan harga jual buku yang sangat terjangkau. Dan penulis juga
menggambarkan ceritanya kelihatan nyata
serta mengagumkan.